SOE HOK GIE: GURU BUKAN DEWA YANG SELALU BENAR DAN MURID BUKANLAH KERBAU YANG SELALU SALAH


WWW.INFOKEMENDIKBUD.WEB.ID“Guru yang tak tahan kritik boleh masuk keranjang sampah. Karena guru bukanlah dewa yang selalu benar dan murid bukanlah kerbau”. Begitulah sepenggal ungkapan Soe Hok Gie kecil saat menjadi murid Sekolah Dasar pada zamannya. Di mana ungkapan ini muncul ketika  ia diperlakukan tidak adil dengan nilai ulangannya tersebab kritik yang dilakukan pada sang guru.

Guru bukan dewa yang selalu benar. Sering kali naluri seorang guru sebagai “guru” menyebabkan arogansi bahwa apa yang dilakukan tak pernah salah. Tugasnya untuk mengajar menimbulkan hasrat bahwa manusia terpintar adalah guru. Sedangkan murid bukanlah kerbau. Kerbau,hanya  hewan suruhan pembajak sawah yang sebagaimana kej4m dan apapun perintah sang majikan pasti dilakukan.

Dip*kul, dip3cut sering kali tak diberi makan begitulah nasib kerbau yang terani4ya. Sama halnya dengan nasib beberapa murid di sekolah. Dengan keegoisan guru, siswa sering kali dianggap manusia dungu yang mau diperlakukan sem3na-mena. Dihukum, diper4s dengan berbagai iuran dan transfer ilmu yang tak sebanding dengan bagaimana seharusnya.

Beberapa dari kita barangkali pernah menjadi “kerbau” di masa puluhan tahun yang silam ketika masih menjadi seorang murid di sekolah. Berhadapan dengan guru setengah dewa yang menjadikan rotan senj4ta mengajar. Tak cukup sampai di sana; wajah sangar, mem*kul pant4t serta kepala, melempar penghapus, menggebrak meja dan papan tulis, menj3wer telinga dan sumpah ser4pah lain yang tak sepatutnya dilakukan seorang “guru.”


Faktanya fenomena gila ini tak hanya berlaku di masa lalu. Tapi saat ini, ketika bergabung menjadi relawan pendidikan Sekolah Guru Indonesia (SGI) – Dompet Dhuafa. Bertugas di Indonesia bagian timur, tepatnya di Kepulauan Loloda Kabupaten Tobelo Halmahera Utara – Maluku Utara memberikan banyak gambaran betapa pendidikan primitif yang bodoh masih berlaku di era smartphone ini.

Di mana kek3rasan pada anak dan murid masih lekat dengan kehidupan di sini, baik di sekolah tempat mengaji maupun di rumah. Bent4kan-bent4kan k3ras dan tak sopan serta puk*lan-puk*lan rotan mewarnai indahnya masa-masa bermain anak. Kasihan mereka!. Hal ini tentu sangat berpengaruh pada bagaimana perkembangan psikologis dan kecerdasan anak. 

Karena pada dasarnya yang dibutuhkan murid bukanlah wibawa seorang guru yang ditakuti dengan siks4an ala mereka. Tapi bagaimana menciptakan suasana belajar yang nyaman bagi sehingga mereka para murid yang “nakal dan bandel” dapat teratasi tanpa harus ada “penyiks4an”.

Secara psikologis sendiri puk*lan dan ump4tan-ump4tan negatif akan melahirkan traumatik yang tidak baik untuk perkembangan diri murid. Traumatik tersebut bisa berpengaruh bagi sang murid pada masa yang akan datang. Misalnya, ia melakukan hal yang sama ketika tumbuh dewasa mempunyai anak dan murid.

Sehingga jelas dan tepat dikatakan bahwa kek3rasan pada anak, penyiks4an, hukum4n-hukum4n fisik dan mental berpengaruh buruk pada kehidupan murid.

Maka menjadikan mengajar dan mendidik sebagai ibadah merupakan nasihat utama untuk mem4tahkan ungkapan lama bahwa guru bukanlah dewa yang selalu benar dan murid bukanlah kerbau. Sebab, kualitas murid adalah aset utama yang akan menjadi tolak ukur keberhasilan mengajar dan mendidik seorang guru. Mari, mendidik dengan hati.

Sumber :dakwatuna.com

Demikian berita dan informasi terkini yang dapat kami sampaikan. Silahkan like fanspage dan tetap kunjungi situs kami di WWW.INFOKEMENDIKBUD.WEB.ID,  Kami senantiasa memberikan berita dan informasi terupdate dan teraktual yang dilansir dari berbagai sumber terpercaya. Terima Kasih atas kunjungan anda semoga informasi yang kami sampaikan ini bermanfaat.

Belum ada Komentar untuk "SOE HOK GIE: GURU BUKAN DEWA YANG SELALU BENAR DAN MURID BUKANLAH KERBAU YANG SELALU SALAH"

Posting Komentar

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel